Tahun Rebutan Kursi

Tahun 2009 akan menjadi tahun yang menegangkan serta menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia karena dalam tahun ini akan diadakan sebuah perhelatan besar 5 tahunan yang akan menentukan pemegang kekuasaan bangsa kita baik eksekutif maupun legislatif. Mulai bulan April ini rakyat Indonesia akan ikut serta dalam usaha menentukan jalannya masa depan bangsa. KPU sebagai panitia penyelenggara perhelatan besar ini sudah memulai rangkaiannya sejak dua tahun terakhir ini dengan adanya beberapa tahap termasuk dibukanya kampanye sejak bulan Juli. Hal ini memberikan kenyamanan bagi para pemburu kursi untuk mengenalkan diri mereka kepada publik karena adanya waktu yang sangat panjang.

Banyak cara yang dilakukan oleh para pemburu kursi tersebut dalam usaha mengenalkan dirinya. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan “meletakkan” wajah mereka di tempat-tempat umum. Tiba-tiba saja banyak wajah yang percaya diri untuk dilihat oleh orang banyak di tempat umum, padahal notabene wajah-wajah mereka sebagian besar belum dikenal oleh banyak orang apalagi kiprahnya bagi masyarakat banyak. Namun harus diakui memang bahwa cara ini memang menjadi salah saru pilihan mudah dan murah dalam mengenalkan diri mereka terhadap konstituen yang akan memilih mereka. Wajah-wajah para pemburu kursi tersebut selalu tampil bersama dengan motto dan visi yang mereka tawarkan terhadap masyarakat. Anehnya, karena KPU menerapkan sistem suara terbanyak dalam penentuan anggota legislatif terpilih, seringkali caleg dalam satu partai saling bersaing satu sama lain walaupun mereka sebenarnya mewakili daerah pemilihan yang sama. Ini menjadi pertanyaan, kenapa mereka saling berebutan padahal mereka mewakili partai yang sam, bukankah mereka lebih baik tampil bersama dan membiarkan masyarakat melihat dan memilih mereka tanpa harus mereka saling “sikut”. Sehingga siapapun yang terpilih hak masyarakat tetap akan diwakili dan diperjuangkannya. Namun yang disesalkan dari para calon pemilik kursi ini terkadang dalam mengenalkan diri mereka, tidak menggunakan analisis dampak lingkungan. Mereka menemptkan poster mereka di pohon-pohon yang berada di pinggir jalan. Hal ini mengakibatkan terganggunya keindahan kota, apalagi sebagian besar poster mereka belum memiliki izin dari piahak yang berwenang. Hal ini memunculkan keraguan, mereka belum terpilih saja sudah melanggar apalagi kalau sudah terpilih. Namun, semoga saja hal ini bukan pertanda bahwa diri mereka merupakan pelanggar konstitusi. Semua orang masih berharap banyak terhadap mereka, para tokoh intelektual masyarakat yang akan mewakili masyarakat.

Berbeda lagi dalam kontes perebutan kursi di tataran eksekutif. Tokoh-tokoh yang menjadi peserta tampil lebih elegan dalam mengenalkan diri mereka. Bahkan sebagian besar mereka memang merupakan tokoh-tokoh yang sudah dikenal lama oleh masyarakat. Tokoh muda juga muncul dengan anggapan mereka akan membawa angin perubahan dari pemikiran mereka yang segar. Namun hal ini tidak usah menjadi polemik berkelanjutan seperti sekarang ini karena tidak peduli tua ataupun muda selama mereka memiliki suatu visi yang jelas terhadap bangsa mereka berhak mengajukan diri mereka. Rakyat yang akan menentukan. Para calon pemimpin bangsa yang berasal dari berbagai latar belakang mulai memperbutkan partai pendukung, karena memang itu syarat bagi mereka agar dapat mencalonkan diri. Tidak dapat dipungkiri wajah mereka akhir-akhir ini sering muncul di televisi tidak lain untuk mulai melambungkan namanya dan mendapat citra positif dari masyarakat.

Akhirnya,tahun 2009 benar-benar menjadi pembuktian bagi bangsa ini untuk memulai perubahan atau tidak. Rakyat semakin dewasa dalam menentukan pilihan, sehingga apabila niat untuk mengubah bagsa telah ada maka jauhkan politik bangsa dari hala-hal yang dapat merusak moral dalam prosesnya. Semoga tahun 2009 dapat menjadi tahun perubahan, tahun perebiutan kursi yang elegan dengan mulai adanya keterwakilan rakyat sebagai konstituen dapat menjadi nyata.

~ oleh pedankbijaksana pada Maret 4, 2009.

Tinggalkan komentar