Hari Gizi Yang Terlupakan

Indonesia merupakan Negara yang sangat banyak memiliki hari penting nasional yang menjadi peringatan bagi rakyatnya. Namun tidak banyak yang tahu bahwa bulan ini, tepatnya tanggal 28 Februari adalah Hari Gizi Nasional Indonesia. Yang tahu hal ini mungkin tidak jauh-jauh dari masyarakat kesehatan itu sendiri ditambah mahasiswa di bidang ilmu kesehatan, itupun tidak semua!. Ironis memang, Indonesia yang saat ini masih tetap berkutat dengan masalah gizi, namun sebuah momen yang seharusnya dapat menjadi refleksi bagi semua elemen pemerintah dianggap hal biasa.

Di negara ini banyak ditemukan anak balita (di bawah usia lima tahun) penderita gizi buruk dalam beberapa tahun terakhir. Tragedi kemanusiaan marasmus (busung lapar karena kekurangan kalori) dan kwashiorkor (karena kekurangan protein) pada anak kian banyak pula dijumpai sesudah krisis ekonomi. Kasusnya mencapai delapan persen dari total anak balita negeri ini. Masyarakat dunia pun menyebut Indonesia sebagai negeri busung lapar. Kita seharusnya malu melihat kenyataan ini, bayangkan kita sering mendengar orang tua kita mengatakan bahwa Indonesia itu Gemah Ripah Loh Jinawi, yang dikatakan sebagi negeri yang subur, namun masih ada anak-anak bangsa yang sengsara karena kurang asupan gizi yang baik. Hal ini diperparah dengan penanganan masalah ini yang masih bersifat sporadic oleh pemerintah sehingga terkesan program pengentasannya hanya gencar di daerah-daerah tertentu saja. Hal ini perlu menjadi perhatian kita serta keprihatinan untuk turut serta menyelesaikan maslah ini.

Sehingga hari Gizi Nasional perlu diketahui oleh orang-orang yang masih memberi perhatian dan menganggap ini suatu masalah penting bagi kestabilan Negara. Hari Gizi Naional ini tidak hanya menjadi sebuah seremonial belaka bagi pemerintah, namun harus menjadi momen untuk meneropong kenyataan masalah ini di lapangan dan melakukan strategi penyelesaian yang terpadu dan menyeluruh di semua area. Karena sampai saat ini masih ada beberapa kasus meninggal terhadap balita penderita gizi buruk, hal ini menjadi pertanda masih kurang perhatiannya pemerintah pusat akan masalah ini. Bahayanya kasus ini dapat mengakibatkan suramnya masa depan anak-anak bangsa generasi penerus, bahkan terburuk kita bisa kehilangan satu generasi harapan karena kasusu ini yang semakin berkembang. Kasus gizi buruk ini dapat mengakibatkan balita yang menderita dapat menjadi seseorang yang kelainan mental atau IQ yang dibawah rata-rata pada saat dewasa nanti. Jelas hal ini tidak bisa menjadi gambaran ideal masa depan bangsa.

Banyak factor yang turut menjadi penyebab hal ini namun yang pokok adalah kurangnya asupan gizi baik pada sang balita. Hal ini bersifat linier dengan masalah kemiskinan yang merjalela, semakin mahalnya harag kebutuhan gizi baik menybabkan kaum miskin hanya mampu makan seadanya yang bahkan itupun tidak teratur., Sehingga perlu adanya perbaikan system kesehatan mulai dari system monitoring yang harus mulai dari tingkat bawah, hingga system pembiayaan kesehatan yang lebih diarahkan pada hal preventif daripada kuratif. Pemerintah pun perlu kembali membangun sebuah perencanaan penyelesaian masalah gizi ini secara komprehensif dan merata yang harus disertai dengan kucuran dana segar yang cukup di daerah yang harus menjadi garda terdepan dalam system ini. Selain itu masyarakat pun harus juga mulai secara mandiri turut dalam penyelesaian kasus ini denagan mulai membentuk kembali kelompok masyarak peduli gizi kesehatan masyarakat. Sebuah credo seorang mahasiswa FKM “Kesehatan memang bukan segalanya, namun tanpa Kesehatan segalanya jadi tidak ada”. Harapan kita pada hari Gizi Nasional tahun 2010 depan kita sudah mampu tersenyum melihat anak-anak generasi penerus bangsa melakukan aktivitas bermanfaat dengan ceria. Menuju Indonesia Sehat 2010.

Jaya Kesehatan Indonesia!!!!!

~ oleh pedankbijaksana pada Maret 4, 2009.

Tinggalkan komentar