Resume Februari “Semangat Bermuhasabah”

•Maret 29, 2009 • Tinggalkan sebuah Komentar

Resume Februari 2009
Mohammad Dzulfikar Arifi (04040358)

Training Pengembangan Diri
TPD dibuka oleh ustadz Arif Munandar dengan evaluasi terkait kedatangan telat dari rombongan kami. Beliau mengatakan bahwa kita sebagai pemimpin muda yang telah mendapatkan materi tentang manajemen seharusnya sudah mampu menerapkannya dalam lingkup diri kita terlebih dahulu. Karena sejauh mana pemahaman kita tentang manajemen maka diawal kita bisa dilihat dari manajemen diri kita terlebih dahulu. Yang paling penting tertanam dalam mindset kita sebagai calon pemimpin bangsa depan adalah kita harus berpikir dewasa yaitu dengan menjaga setiap tingkah laku kita agar tidak sampai merugikan orang lain. Apabila sudah seperti itu,berarti kita sudah mampu untuk berpikir dewasa. Pemimpin itu selalu melakukan tindakannya dengan tulus ikhlas tanpa pamrih.Sehingga kita harus selalu berusaha untuk mengembangkan diri kita karena persaingan sebenarnya bukan di kampus kita masing-masing namun persaingan sebenarnya ada di dunia pasca kampus. Sehingga kampus adalah dunia pembelajaran hidup.
Materi TPD kali ini berisikan tentang Konsep Sebenarnya dari Leader. Ustadz Arif selalu menekankan “ Since Good Leaders Are Not Good Enough, sehingga tidak cukup hanya sekedar baik, nbamun kita harus sangat baik. Pemimpin itu akan selalu menginisiasi perubahan di lingkuangan dia berada. Transformasi atau perubahan di dunia hanya digagas oleh sedikit orang saja yaitu mereka yang mengaku pemimpin dunia. Pertanyaanya adalah, “apakah kita termasuk golongan orang-orang yang selalu berpikir perubahan?”. Pemimpin selalu berpikir transformasi-Masyarakat-Kontribusi. Dalam pemikiran seorang pemimpin dia akan terus berusah memimpin golongannya untuk menghadapi perubahan sekitar agar tetap stabil, sehingga perlu adanya sharing meaning,Sharing vision dan share values. Sehingga dia akan mampu membawa orang disekitarnya maju bersama dia. Karen kepercayaan kita bahwa pemimpin tidak dilahirkan namun dia dapat dididik dan dikembangkan seiring berjalannya waktu. Karena menjadi pemimpin adalah sebuah perjalanan besar.
Kembali sedikit menyinggung antara ruang privat dan ruang publik, maka kita sebagai pemimpin harus benar-benar mampu memisahkannya jangan sampain terjadi kebingungan yang akan malah membawa kerugian. Karena apa yang ada di paradigm kita kemungkinan akan menjadi perbuatan kita, sehingga jangan sampai paradigm kita buruk terhadap sesuatu.Perlu adanya sebuah proses pembelajaran dalam diri kita untuk menuju pemimpin. Perlu perpaduan antara paradigm manajemen, kepemimpinan level 5 dan 5 disiplin pembelajaran. Ada 7 penghambat dalam proses belajar kita yaitu :
I am My Position : Seseorang yang hanya terbatas pada jabatan yang disandangnya saja sehingga dia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan posisinya,walaupun itu kontribusi.
The Enemy is out there : Seseorang yang selalu menyalahgkan lingkungan dan mencari kambing hitam dari setiap masalah yang dihadapinya.
The Illusion of taking Charge : selalu bersikap agresif terhadap sesuatu yang terjadi diluar sana, sehingga tidak mempertimbangkan hal lain.
The Fixation of events : hanya melihat suatu masalah dari keterkaitan anta peristiwa dalam waktu jangka pendek.
The Parable of Boiled Frog
The Delusion of Learning from experience : Belajar melakukan tindakan terhadap masalah dari suatu sikap yang sebenarnya dampaknya tidak kita alami.
The Myth of Management Team : Sebuah tim terkadang tajut dalam menentukan langkah karena takut terjadi konfrontasi.
Ketika kita sudah terbiasa dengan semua hambatan itu maka kita dapat dengan mudah berkembang namun apabila hal itu malah dapat menjadi kebiasaan maka kita bisa jadi pragmatis.  Pada saat kita berpikir pragmatis maka akan muncul “dosa-dosa” yang menjadi kebiasaan orang-orang yang tidak pernah berpikir proses, yaitu :
Kaya tanpa bekerja
Kesenangan tanpa usaha
Pengetahuan tanpa karakter
Bisnis tanpa etika
Pengetahuan tanpa kemanusiaan
Agama tanpa pengampunan
Politik tanpa prinsip
Dalam ilmu kepemimpinan ada beberapa level dari pemimpin yang ada di sunia. Level itu tergantung dari masing-masing kemampuan personal,yaitu :
1.Highly Capable Individual, pemimpin level perytama yang hanya berdasarkan jabatan yang dijabatnya. Pemimpin level ini dipatuhi karena dia punya hak kekuasaan karena posisinya.
2.Contributing Team Member, Pemimpin level kedua yang mendapatkan pengakuan dari anggotanya karena kebijakannya yang populis. Sehingga para pengikutnya mengikuti karena mereka ingin.
3.Competent Manager,Pemimpin level ketiga yang merupakan seorang manajer yang telah memiliki kompetensi manajerial yang memunculkan prestasi sehingga kepemimpinannya diakui.
4.Effective Leader, Pemimpin level keempat yang telah terbukti mampu memberikan kontribusi kepada organisasi dan para anggotanya sehingga mereka terdorong mengikuti karena keuntungan yang diberikan oleh pemimpinnya.
5.Level 5 Leader, telah mampu memiliki kompetensi seorang pemimpin sebenarnya, dia telah mampu menguasai semua kompetensi pemimpin 4 level sebelumnya, namun tetap rendah hati.

Kajian Islam Kontemporer
Kajian Islam Kontemporer juga dilaksanakan dalam rangka Latihan Gabungan Wilayah Timur di Yogyakarta. KIK kali ini masih disampaikan oleh Ustadz Ihsan sebagai pengganti Ustadz Musholli. Sesi kali ini membahas terkait dengan Fiqh Prioritas yang bukunya disusun oleh Yusuf Qardhawi sang ulama besar. Fiqh Prioritas ini akan mengatur bagaiman seseorang dapat menentukan hal-hal yang harus dipenuhi lebih dahulu dalam sebuah urusan. Sesi dibuka dengan membaca Al-Qur’an Ash-Shaffat ayat 100-106 yang mengisahkan tentang kisah Nabi Ibrahim yang kita dapat banyak mengambil Ibrah dari perjuangan dan keikhlasan beliau bersama puteranya Nabi Ismail AS.
Sejarah ushul Fiqh berasal dari semua wahyu Allah ataupun sabda Rasul yang bersumber langsung dari Rasul yang kemudian diturunkan kepada para sahabat kemudian kepada para tabi’in dan seterusnya. Fiqh ini banyak dari madzhab Imam Syafi’I yang berasal dari kitabnya Ar-Risalah. Dalam fiqh ini menyebutkan bahwa perlu memprioritaskan ibadah wajib daripada ibadah sunnah. Sehingga kita mampu terus meningkatkan produktivitas kita dalam hal ibadah. Tambahkan amalan wajib kita dengan amalan sunnah yang utama. Namun seringkali timbul kekacauan timbangan dalam prioritas kita dalam menentukan tindakan kita terkait ibadah. Seringkali muncul karena sbb :
Penghargaan seniman lebih tinggi daripada terhadap ilmuwan
Lebih mengutamakan kulit luar daripada esensi
Tidak memahami amalan berubah dari masa ke masa
Amal tanpa ilmu akan tertolak
Sehingga perlulah kita untuk senantiasa mampu mengukur tingkat prioritas suatu masalah. Selain itu Yusuf Qardhawi juga menyusun buku Fiqh Muhazanah atau Fiqh Pertimbangan yang dapat pula digunakan dalam penentuan pertimbanganuntuk kemaslahatan. Ada 3 tingkat kemaslahatan yaitu Dharuriyyat, Hajjiyat dan Tahsinat.

Training Jurnalistik
Sesi training jurenalistik kali ini membahas tentang bagaimana kita memperkaya referensi kita dan menata perpustakaan pribadi. Pak Sapto Waluyo menyarankan kita untuk selalu menambah koleksi buku bacaan kita serta mampu membaginya kedalam beberapa kategori yang dapat mempermudah kita dalam mencari buku yang dibutuhkan. Penambahan referensi ini berguna untuk modal bagi peningkatan kapasitas dan membangun kredibilitas dan kompetensi akademis kita dalam proses menjadi pemimpin. Dengan banyaknya pustaka kita maka kita mampu untuk membuat suatu sikap tanggapan terhadap suatu masalah yang berdasarkan dari karya orang lain sebelumnya. Sehingga jangan sampai terjadi duplikasi ataupun plagiasi. Dalam Menyusun pustaka pribadi dapat berdasarkan minat pribadi :
Pilih dan tetapkan minat studi yang diminati
Minat kuat merupakan modal untuk disiplin membaca
Buku disusun berdasarkan topic khusus
Gunakan box folder
Simpan dalam lemari
Tambah dengan buku catalog
Atau bisa juga kita simpan buku kita berdasarkan bidang profesi ataupun kategori lain.

Studi Pustaka
Sesi Studi Pustaka kali ini masih disampaikan oleh pak Sapto Waluyo, yang sangat luar biasa. Sesi kali ini mengupas tentang buku Dr.Yusuf Qardhawi yang berjudul asli Ummatuna Baina Qarnain atau Islam menyongsong abad 21 yang diterbitkan oleh penerbit Era Intermedia Solo pada tahun 2001. Buku ini berkisah tentang keadaan kaum muslim menjelang bergantinya abad peradaban. Pada saat itu terdapat sikap responsive dan toleran terhadap perkembangan manusia. Sehingga harapannya pada millennium ketiga semua cita-cita umat tidak hanya sekedar angan-angan.  Jangan sampai timbul masalah berupa perpecahan visi dalam tubuh umat Islam. Ada beberapa karakteristik abad 21, yaitu :
Kemajuan tabungan
Merebaknya tuntutan kebebasan dan HAM
Hancurnya nilai keamanan dan moral
Peperangan
Hal itu semua mampu membuat keresahan di umat. Namun ada juga kisah kesuksesan Islam, antara lain :
Kebebasan nasional
Maraknya pendidikan Islam
Gerakan pembaharuan dan kebangsaan
Perang pemikiran
Titik tolak kebangkitan
Ditandai dengan beberapa tanda kebangkitan anatara lain implementasi syariat, revolusi Islam di Iran dan Sudan, munculnya gerakan jihad di beberapa Negara dan munculnya muslimah yang berjilbab.
Jangan sampai sejarah kegagalan masa lalu malah membuat kita semakin terpuruk seperti hancurnya khilafah Utsmaniyah, diskriminasi, dll.

Dialog Tokoh
Sesi dialog tokoh di latgab mengundang pembicara Prof.Ki Soepriyoko, seorang guru besar UIN Yogyakarta serta dosen di UGM yang juga menjadi ketua Pusat Pendidikan dan Kebudayaan Taman Siswa Yogyakarta dengan membicarakan tema “Masa Depan Pendidikan Indonesia”. Dimulai dengan penyajian fakta pendidikan Indonesia yang ternyata bersifat kontradiktif antara masih adanya anak-anak bagsa yang berprestasi hingga tingkat nasional bahkan dunia dan masih adanya anak-anak dengan kecerdasan masih dibawah rata-rata. Namun yang menjadi pokok pembicaraan adalah dampak pendidikan pasca disahkannya UU Badan Hukum Pendidikan. Dalam UU itu ada mengatuir bahwa semua institusi pendidikan diubah kedalam bentuk BHP yang terdiri dari dua bagian yaitu BHP penyelenggara dan BHP satuan pendidikan. Ada beberapa akibat dari UU BHP ini berdasarkan analisa dari Ki Soepriyoko, antara lain :
Kualitas pendidikan tidak akan jauh berubah karena UU BHP lebih mengatur pada administrasi daripada proses pendidikan itu sendiri selain itu sekolah ataupun PT akan sulit dalam mengurus BHP
Pendidikan swasta sulit berkembang karena masyarakat enggan membuka sebab biaya yang mahal dan sulit.

Diskusi Pasca Kampus
Sesi akhir dari Latgab Wiltim ini diisi dengan sesi Diskusi Pasca Kampus yang mengundang bapak Dumair seorang dosen FE UGM. Diskusi kali ini bertemakan “Islam dan Profesionalisme”. Seseorang yang profesioanal sebenarnya adalah seseorang yang memiliki leahlian dan kapabilitas bekerja pada bidang tertentu. Dalam Islam Profesional termasuk dalm ajaran Ihsan, memangg tidak disebutkan secar eksplisit terkait professional dalam Islam namun secara Implisit, Islam sangat menekankan adanya profesionalisme dalam kehidupan. Seperti kita diperintahkan untuk menyerahkan suatu pekerjaan pada ahlinya. Sehingga Islam benar-benar menuntut umatnya untuk dapat bersikap professional dalam semua aspek.

Hari Gizi Yang Terlupakan

•Maret 4, 2009 • Tinggalkan sebuah Komentar

Indonesia merupakan Negara yang sangat banyak memiliki hari penting nasional yang menjadi peringatan bagi rakyatnya. Namun tidak banyak yang tahu bahwa bulan ini, tepatnya tanggal 28 Februari adalah Hari Gizi Nasional Indonesia. Yang tahu hal ini mungkin tidak jauh-jauh dari masyarakat kesehatan itu sendiri ditambah mahasiswa di bidang ilmu kesehatan, itupun tidak semua!. Ironis memang, Indonesia yang saat ini masih tetap berkutat dengan masalah gizi, namun sebuah momen yang seharusnya dapat menjadi refleksi bagi semua elemen pemerintah dianggap hal biasa.

Di negara ini banyak ditemukan anak balita (di bawah usia lima tahun) penderita gizi buruk dalam beberapa tahun terakhir. Tragedi kemanusiaan marasmus (busung lapar karena kekurangan kalori) dan kwashiorkor (karena kekurangan protein) pada anak kian banyak pula dijumpai sesudah krisis ekonomi. Kasusnya mencapai delapan persen dari total anak balita negeri ini. Masyarakat dunia pun menyebut Indonesia sebagai negeri busung lapar. Kita seharusnya malu melihat kenyataan ini, bayangkan kita sering mendengar orang tua kita mengatakan bahwa Indonesia itu Gemah Ripah Loh Jinawi, yang dikatakan sebagi negeri yang subur, namun masih ada anak-anak bangsa yang sengsara karena kurang asupan gizi yang baik. Hal ini diperparah dengan penanganan masalah ini yang masih bersifat sporadic oleh pemerintah sehingga terkesan program pengentasannya hanya gencar di daerah-daerah tertentu saja. Hal ini perlu menjadi perhatian kita serta keprihatinan untuk turut serta menyelesaikan maslah ini.

Sehingga hari Gizi Nasional perlu diketahui oleh orang-orang yang masih memberi perhatian dan menganggap ini suatu masalah penting bagi kestabilan Negara. Hari Gizi Naional ini tidak hanya menjadi sebuah seremonial belaka bagi pemerintah, namun harus menjadi momen untuk meneropong kenyataan masalah ini di lapangan dan melakukan strategi penyelesaian yang terpadu dan menyeluruh di semua area. Karena sampai saat ini masih ada beberapa kasus meninggal terhadap balita penderita gizi buruk, hal ini menjadi pertanda masih kurang perhatiannya pemerintah pusat akan masalah ini. Bahayanya kasus ini dapat mengakibatkan suramnya masa depan anak-anak bangsa generasi penerus, bahkan terburuk kita bisa kehilangan satu generasi harapan karena kasusu ini yang semakin berkembang. Kasus gizi buruk ini dapat mengakibatkan balita yang menderita dapat menjadi seseorang yang kelainan mental atau IQ yang dibawah rata-rata pada saat dewasa nanti. Jelas hal ini tidak bisa menjadi gambaran ideal masa depan bangsa.

Banyak factor yang turut menjadi penyebab hal ini namun yang pokok adalah kurangnya asupan gizi baik pada sang balita. Hal ini bersifat linier dengan masalah kemiskinan yang merjalela, semakin mahalnya harag kebutuhan gizi baik menybabkan kaum miskin hanya mampu makan seadanya yang bahkan itupun tidak teratur., Sehingga perlu adanya perbaikan system kesehatan mulai dari system monitoring yang harus mulai dari tingkat bawah, hingga system pembiayaan kesehatan yang lebih diarahkan pada hal preventif daripada kuratif. Pemerintah pun perlu kembali membangun sebuah perencanaan penyelesaian masalah gizi ini secara komprehensif dan merata yang harus disertai dengan kucuran dana segar yang cukup di daerah yang harus menjadi garda terdepan dalam system ini. Selain itu masyarakat pun harus juga mulai secara mandiri turut dalam penyelesaian kasus ini denagan mulai membentuk kembali kelompok masyarak peduli gizi kesehatan masyarakat. Sebuah credo seorang mahasiswa FKM “Kesehatan memang bukan segalanya, namun tanpa Kesehatan segalanya jadi tidak ada”. Harapan kita pada hari Gizi Nasional tahun 2010 depan kita sudah mampu tersenyum melihat anak-anak generasi penerus bangsa melakukan aktivitas bermanfaat dengan ceria. Menuju Indonesia Sehat 2010.

Jaya Kesehatan Indonesia!!!!!

Tahun Rebutan Kursi

•Maret 4, 2009 • Tinggalkan sebuah Komentar

Tahun 2009 akan menjadi tahun yang menegangkan serta menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia karena dalam tahun ini akan diadakan sebuah perhelatan besar 5 tahunan yang akan menentukan pemegang kekuasaan bangsa kita baik eksekutif maupun legislatif. Mulai bulan April ini rakyat Indonesia akan ikut serta dalam usaha menentukan jalannya masa depan bangsa. KPU sebagai panitia penyelenggara perhelatan besar ini sudah memulai rangkaiannya sejak dua tahun terakhir ini dengan adanya beberapa tahap termasuk dibukanya kampanye sejak bulan Juli. Hal ini memberikan kenyamanan bagi para pemburu kursi untuk mengenalkan diri mereka kepada publik karena adanya waktu yang sangat panjang.

Banyak cara yang dilakukan oleh para pemburu kursi tersebut dalam usaha mengenalkan dirinya. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan “meletakkan” wajah mereka di tempat-tempat umum. Tiba-tiba saja banyak wajah yang percaya diri untuk dilihat oleh orang banyak di tempat umum, padahal notabene wajah-wajah mereka sebagian besar belum dikenal oleh banyak orang apalagi kiprahnya bagi masyarakat banyak. Namun harus diakui memang bahwa cara ini memang menjadi salah saru pilihan mudah dan murah dalam mengenalkan diri mereka terhadap konstituen yang akan memilih mereka. Wajah-wajah para pemburu kursi tersebut selalu tampil bersama dengan motto dan visi yang mereka tawarkan terhadap masyarakat. Anehnya, karena KPU menerapkan sistem suara terbanyak dalam penentuan anggota legislatif terpilih, seringkali caleg dalam satu partai saling bersaing satu sama lain walaupun mereka sebenarnya mewakili daerah pemilihan yang sama. Ini menjadi pertanyaan, kenapa mereka saling berebutan padahal mereka mewakili partai yang sam, bukankah mereka lebih baik tampil bersama dan membiarkan masyarakat melihat dan memilih mereka tanpa harus mereka saling “sikut”. Sehingga siapapun yang terpilih hak masyarakat tetap akan diwakili dan diperjuangkannya. Namun yang disesalkan dari para calon pemilik kursi ini terkadang dalam mengenalkan diri mereka, tidak menggunakan analisis dampak lingkungan. Mereka menemptkan poster mereka di pohon-pohon yang berada di pinggir jalan. Hal ini mengakibatkan terganggunya keindahan kota, apalagi sebagian besar poster mereka belum memiliki izin dari piahak yang berwenang. Hal ini memunculkan keraguan, mereka belum terpilih saja sudah melanggar apalagi kalau sudah terpilih. Namun, semoga saja hal ini bukan pertanda bahwa diri mereka merupakan pelanggar konstitusi. Semua orang masih berharap banyak terhadap mereka, para tokoh intelektual masyarakat yang akan mewakili masyarakat.

Berbeda lagi dalam kontes perebutan kursi di tataran eksekutif. Tokoh-tokoh yang menjadi peserta tampil lebih elegan dalam mengenalkan diri mereka. Bahkan sebagian besar mereka memang merupakan tokoh-tokoh yang sudah dikenal lama oleh masyarakat. Tokoh muda juga muncul dengan anggapan mereka akan membawa angin perubahan dari pemikiran mereka yang segar. Namun hal ini tidak usah menjadi polemik berkelanjutan seperti sekarang ini karena tidak peduli tua ataupun muda selama mereka memiliki suatu visi yang jelas terhadap bangsa mereka berhak mengajukan diri mereka. Rakyat yang akan menentukan. Para calon pemimpin bangsa yang berasal dari berbagai latar belakang mulai memperbutkan partai pendukung, karena memang itu syarat bagi mereka agar dapat mencalonkan diri. Tidak dapat dipungkiri wajah mereka akhir-akhir ini sering muncul di televisi tidak lain untuk mulai melambungkan namanya dan mendapat citra positif dari masyarakat.

Akhirnya,tahun 2009 benar-benar menjadi pembuktian bagi bangsa ini untuk memulai perubahan atau tidak. Rakyat semakin dewasa dalam menentukan pilihan, sehingga apabila niat untuk mengubah bagsa telah ada maka jauhkan politik bangsa dari hala-hal yang dapat merusak moral dalam prosesnya. Semoga tahun 2009 dapat menjadi tahun perubahan, tahun perebiutan kursi yang elegan dengan mulai adanya keterwakilan rakyat sebagai konstituen dapat menjadi nyata.

Hello world!

•Maret 4, 2009 • 1 Komentar

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!